Tuesday, October 21, 2014

Tibet - Everest #Day 5

Hi... kamu semua yang ditolak cewe karena kurang tinggi, atau lo yang Ganteng tapi pura-pura mati waktu mau dikenalin sama keluarga besar pacar, Hi juga buat lo yang tiap hari ngucapin selamat pagi tapi cuma di read doang

Gimana weekendnya minggu ini ? Ngebosenin ? gitu2 aja ? atau Menyenangkan karena bisa seharian stalkerin Medsos Gebetan..


Cieee...Cie....


Gue uda cukup ngeselin belum pembukaannya ?
Karena kalau uda cukup ngeselin kan biasanya dia ngambek tuh, kalau uda ngambek kan pasti kepikiran terus, terus di diemin 3 jam juga uda minta baikan lagi #eeeaaakkk

Kalau uda gue mau lanjut cerita hari ke 5 gue menuju Everest neh

Negara yang menghabiskan uang cukup banyak sepanjang hidup gue, Negara yang sudah mengajarkan gue arti pentingnya sebuah anugerah yang diberikan oleh TUHAN setiap hari melalui oksigen, Negara yang sudah cukup memberikan makna hidup tentang arti pentingnya Ucapan Syukur setiap hari untuk kehidupan itu sendiri.

Setelah sebelumnya gue terjaga lebih dari 24 jam tidak tertidur, maka hari kedua gue di Tibet dimulai dengan mengunjungi beberapa destinasi seperti Kuil Dreppung, areal Barkor Street dan Biara Sera.

Tibet, really had me at hello..
Itulah awal kalimat gue untuk menjalani hari ini, Tepat pkl 9.00 pagi kami (gue, Jepri dan ke dua polska) dijemput oleh bus yang nampak sudah penuh dengan 8 tourist lainnya.

Yups tourist ! karena mereka menginap di hotel berbintang dan kami ditempatkan di Guest House

Destinasi pertama kami adalah Dreppung Monastery, satu dari 3 Universitas Buddha terbesar di Tibet, Dalai Lama juga belajar di tempat ini dari masa kecilnya sampai tumbuhnya bulu ketiak pertamanya, atau sampai dia siap memimpin agama Buddha di Tibet

Sekitar tahun 1936-1937, tempat ini bisa di huni sekitar 7.700 - 10.000 Biksu pelajar, dan saat ini hanya bisa mencapai 300 Pelajar saja, hal ini disebabkan pembatasan Populasi bangsa Tibet oleh Bangsa Cina, dari persitiwa ini kita bisa melihat bagaimana kejamnya negara Cina ini dalam menjajah Negara Tibet

Letaknya yang berada di gunung Gambo Utse ini menjadikan tempat ini sangat indah untuk melihat kota Tibet.

Negara Atap Dunia dari Atap Biara Dreppung
Pilgrims

Ditempat ini gue banyak mengunjungi beberapa chapel tempat mereka beribadah dan belajar, dan juga memasuki Dapur tradisional mereka, pada saat gue mengatakan Tradisional itu berarti mereka masih menggunakan tungku kayu untuk memasak, penggilingan kayu untuk mengolah Tsampa, tanpa kipas dan penerangan lampu, tapi sungguh disayangkan maraknya wisatawan yang berkunjung di tempat ini membuat mereka Jumawa dan memasang tarif 20 yuan untuk mengambil foto di areal ini, bayangkan kalau foto aja bayar di dapur saja bayar, berapa banyak uang yang harus gue keluarkan untuk tempat wisata yang berikutnya, setelah chapel dan dapur maka tempat selanjutnya adalah main chapel tempat belajar utama mereka, dan gue bisa memasuki tempat ini sambil melihat mereka membaca doa, kalian bisa bayangkan betapa terkikisnya kebebasan beragama di tempat ini, dan ini tidak lepas dari campur tangan Cina, yang turut mengekploitasi tempat ini sebagai tempat wisata, sungguh sedih melihat para wisatawan mengitari mereka tepat di depannya pada saat mereka melafalkan doanya


Seperti kata Elena Gilbert dari film The Vampires Diaries 'Memories are too precious to be Forgotten' mungkin inilah ungkapan kebahagiaan gue setelah berkunjung ke tempat ini
Tepat pkl 12.05 kami pun beranjak ke sebuah restaurant di Yak Hotel, satu-satunya hotel bintang 5 di bilangan Tebet Tibet, Biar Tekor asal Tersohor, itulah motto kami untuk hari ini, karena harga patungan per orang sebesar 40 Yuan, Selesai makan kami melanjutkan perjalanan ke Sera Monastery, Salah satu dari perguruan Biksu lainnya setelah Dreppung Monastery, nama Sera berarti Mawar Liar dalam bahasa Tibet didirikan pada periode 1355-1435, selama pemberontakan Tibet dari Cina tahun 1959, tempat ini memakan korban terbanyak yang terbunuh oleh para tentara Cina, Tempat ini terkenal dengan Sand of Mandala Yamantaka

 
 
 
yaitu Sebuah simbol dari alam semesta yang di tujukan untuk Dewa Yamantaka - Dewa Penakluk Kematian, terbuat dari Pasir dan dibuat oleh 2-3 biksu dalam jangka waktu bulanan, dan setiap tahunnya Mandala ini di hancurkan dan di bagikan kepada rakyat untuk di makan yang dipercaya bisa menjadi berkat, sungguh amat disayangkan tempat ini sudah mengenal uang sehingga, 5 yuan adalah kewajiban bagi para pelancong yang ingin mengambil foto dari mandala, sedangkan gue ?
Yah, Ngumpet-ngumpet ngambil fotonya pake Iphone
Lepas dari tempat ini kami pun melanjutkan menuju tempat yang sudah melegenda di Tibet yaitu areal 'Tibetan Monks Debate" suatu proses debat antar sesama biksu untuk melatih, memperluas pikiran, meningkatkan ketajaman mental, mengembangkan kemampuan analisa tentang ajaran Buddha itu sendiri


Proses ini sendiri di buat cukup unik karena setiap biksu akan menepuk kedua tangan sambil menghentakkan kaki ketika jawaban itu benar.


Tour hari ini kami sudahi pada pukul 17.00 sebelum kami disemayamkan di hotel masing-masing, setibanya kami di hostel gue melihat Jepri membuka semua pakaiannya lalu bersembunyi di balik selimut

Gue pun bertanya "kenapa lo Jep ?"

Jepri pun menjawab "Aneh Man, gue kepanasan deh, badan gue demam, kepala gue pusing lagi"

Dari kejadian ini gue pun tersadar bahwa mau batak karo, Bule, cina, Jelek, Ganteng, Pendek, Bantet, Homo atau Banci sekalipun semuanya bisa terkena AMS, cuma masalah rejeki sama amal baik aja,
Demam, Bibir Kering, kepala Pusing, dada sakit kaya abis dikhianatin sampai rasa kesepian uda mulai berasa di titik ini.
Gue pun bergegas mencari obat AMS untuk mengobati rasa sakit hati ini, obat ini hanya dapat ditemukan di Tibet


Setelah setengah jam di dalam apotek, dengan segala rumus seluruh gerak tubuh gue mencoba mengkomunikasikan obat seperti apa yang gue cari, dan dapatlah obat AMS tersebut dengan harga 35 Yuan, dengan isi 10 botol, itu berarti untuk 5 hari apabila di bagi dua


Gregorz, pria poland itu pun mencoba menawarkan obat AMS dari negaranya karena melihat Jepri yang sudah tampak pucat, dalam keadaan seperti ini beribu pikiran negatif secara liar keluar dari pikiran gue, dan puluhan what-if scenario pun terbayang, hingga satu di antaranya terucap

"Jep, kayanya lo bener deh man, kalau emang kita ga bisa lanjut ke Everest, stay disini aja yah, gue juga parno neh, masih 7 hari lagi, apa iya gue ga bisa tidur terus, di 3000-an Mdpl aja kita uda begini, apalagi di 5000-an..ngeluarin puluhan juta cuma buat sakit, TAI banget... !"

Rasa putus asa sudah mulai menggerogoti pikiran gue saat itu, sambil bersandar gue mengupload foto-foto perjalanan anti-mainstream ini di Path,
Sehingga mengundang banyaknya comment positif dan antusias, repath foto, permintaan teman baru serta pertanyaan tentang seperti apa wisata Tibet

Sedikit demi sedikit aura positif dan aura kasih mulai masuk kembali kedalam pikiran gue.

Gue ga boleh cupu !
Ga boleh takut menghadapi hari esok !
Gue tau bahwa Tibet itu negara gede, mungkin segede dosa gue sama TUHAN.
Tapi gue bukan anggota komplotan mafia pengedar bubuk Abate yang bisa menyerah begitu aja !
Sebagai Backpacker Syariah gue pun harus menggenapi setiap tujuan gue sampai selesai !

Di penghujung malam gue pun meminum dua jenis obat AMS lalu berdoa meminta napas kehidupan, dan tidur yang NYENYAK, karena hampir dua hari tidak tertidur !



Friday, October 10, 2014

Tibet - Everest #Day4

Uhuk..Uhukkk.. !!

Batuk membangunkan gue tepat pukul 4.30 pagi hari..


Huft..Huft..Huft..

Gue menarik napas berkali-kali, sambil memegang dada yang terasa sesak..

Huft..Huft..Huft..

Huft..huft..Huft..

Berkali-kali gue mencoba menarik napas, sampai akhirnya gue tenang,

gue mencoba membaringkan diri lagi di tempat tidur, sambil menghadapkan diri ke kiri gue mencoba menghela napas yang panjang, dalam hitungan detik gue pun harus kembali ke posisi duduk.

Huft..Huft..Huft..
kali ini napas yang gue tarik lebih panjang dari sebelumnya.

beberapa menit gue terdiam dan mulai mendapatkan ritme bernapas dengan baik, 2 kali bernapas biasa dan 1 kali untuk menarik napas panjang, berulang-ulang gue lakukan sambil membayangkan hal yang indah dan berusaha melanjutkan tidur, namun naas, di saat gue membaringkan tubuh, dada gue menolaknya dan kembali sesak.

gue pun menyerah, terhadap keadaan, dan mencoba memulai hari ini dengan membuka horden jendela kereta, hasilnya..

VIOLA !



Sapaan ramah matahari dari ufuk timur, membuka mata gue lebih lebar walaupun bulan pun masih nampak menunjukkan cahayanya sebagai pengisi langit saat itu, tanpa terasa gue sudah mulai membiasakan diri dengan ritme pernapasan 2-1, mungkin karena indahnya alam saat itu sehingga kecemasan gue bisa teralihkan, gue pun beranjak dari kasur dan melihat keindahan pegunungan himalaya dari sisi lainnya melalui hall kereta, gue juga melihat semua oxygen outlet sudah terbuka di sepanjang hall kereta.

 

Selain keindahan alam dan salju yang baru gue lihat untuk pertama kalinya secara langsung, gue pun melihat truk, yang tampak sedang mengantri untuk membawa material pabrik menuju tibet, bayangan naturalnya tibet seperti di film 7 Years in Tibet pun mulai terhapus dalam memori gue.

Tak lama berselang, gue pun membangunkan Jepri, untuk memberitahukan indahnya hamparan salju abadi yang menyatu padu dengan hijaunya warna rerumputan

 


Perut gue sudah mulai keroncongan, dan gue segera bergegas mengantri air panas untuk membuat mie instant, tepat di depan gue berdiri seorang wanita bule asal Poland dan menoleh ke arah gue, dengan sigap gue pun langsung tersenyum untuk membuat harinya lebih indah.

"Hello there" ucapnya dengan memberikan senyuman kembali

"Hi, good Morning,  is that cucumber ?" gue bertanya sambil menunjuk

"yes, it's for our breakfast, do you want ?"

"No, noodles is the best breakfast for indonesian people"

"ouww, ok then indonesian, enjoy your breakfast !" ucapnya sambil meninggalkan gue

#KZL
#DitinggalTerus



Setelah sarapan gue pun mencoba peruntungan dengan tidur di kasur Jepri yang berada di paling atas.

Menit pertama
Posisi Terlentang

Menit ke-3
Ganti Posisi Hadap kiri

Menit Ke-7

Posisi Tengkurap

Menit ke 10
Posisi Hadap kanan

Menit ke-15
Gue Mulai Kayang

Menit ke -20
Cobain tidur sambil Hand Stand

Menit ke-30
Lanjut pose Down Dog

"ANJRIT ! gue ga bisa tidur men !Dada Gue sesak terus " teriak gue sambil melihat ke arah Jepri

"Kenapa lagi lo man, jangan aneh-aneh deh"

Guepun langsung turun dan kembali mengeluh sambil memegang dada

Tak berapa lama Roommates gue pun datang menghampiri, di ikuti oleh anaknya, istrinya, dan kedua orang cina lainnya, dia pun nampak coba berkomunikasi dengan gue, yang mukanya sudah mulai memerah

"冰雪奇缘公主裙公主连衣裙爱莎公主裙礼服演出裙" ucapnya sambil memegang pundak gue

"I can't breathe " jawab gue seolah-olah gue mengerti bahasanya

"Man, lo jangan bercanda, kenapa lo man, gue parno neh" timpal jepri yang nampak mulai cemas

"乖乖米奇宝宝机能婴儿 ... !"
"软底学步春秋男童女童儿童透气运动鞋....! " salah satu dari mereka berteriak sambil menunjuk kaleng bir yang berada di tempat sampah.


"Fak man, gue salah pengertian neh, gue pikir ga boleh minum bir itu setelah sampai di tibet, pantes aja gue begini"

lantas anak dari roommates gue pun menyodorkan satu kotak obat yang berisikan 4 botol kecil di dalamnya, dengan bahasa inggris yang sedikit terbata dia mengucapkan "AMS..medicine"

Indonesia adalah sebuah negara yang membentuk karakter 'ga enakan' dalam diri gue, dengan sigap gue menjawab "No, Thanks, it's ok i just need to drink more a lot of water"
Untuk mengantisipasi gue pun mengambil foto dari kotak obat tersebut.

Dalam hitungan menit Jepri, nampak sibuk dengan tangannya yang sedang memijit kepalanya sendiri
"Man, kepala gue pusing, kok bisa begini yah ?"

Merahnya Muka Gue
"Pokoknya kalau kita ga bisa naik sampai everest jangan dipaksain yah " Ucapnya lagi

"ahahaha, ga mau, gue sih tetep kekeuh, kalaupun mati juga di Tibet, kan keren man !" Imbuh gue seraya tertawa

Waktu sudah menunjukkan pkl 15.00 dan kereta sudah berjalan pelan menandakan Tibet sudah hampir sampai, gue mengambil foto bersama roommates yang sudah gue cemaskan sepanjang perjalanan hari ini

 
Tibet !
Tepat pkl 16.00 sampailah kami di negara yang dijuluki House of GOD oleh bangsa Tibetan, di saat langkah pertama gue di awali dengan ucapan syukur, maka roommates gue mengawalinya dengan meminum obat AMS masing-masing satu botol.
keluar dari stasiun, kami pun di jaring oleh para tentara yang nampak sudah fasih mengenali pendatang, gue di bawa ke kantor kepolisian dan dimintai passportnya, selesai pengecekan,
Nampak nama OKAMURA dipegang oleh seorang pria dengan mata sipit tetapi berahang seperti Batak
sambil mengenalkan diri gue meminta dia mengambil foto gue di depan stasiun, tapi dia menolak sambil memberitahu bahwa disini tidak boleh berfoto, kecuali di tempat parkir, sambil berjalan gue dan Jepri pun dikalungkan scarf berwarna putih atau yang biasa disebut KATA, Sebuah kain syal berwarna putih atau kuning, yang sering dihiasi dengan simbol-simbol atau doa tobet tetapi juga dapat berupa kain polos, dan mereka sering memberikan ini dalm penyambutan, dan juga untuk menghormati orang yang menghibur mereka.

Tashi Delek !
Dan Ternyata gue berada di satu bus yang sama dengan gadis Poland dan..

Teman prianya




Sesampainya di hostel, gue mendapat kamar di lantai 4, dan percayalah bahwa ngos-ngosannya napas gue sama seperti mengitari 3x GBK

 

 

Pkl 20.00 matahari masih bersinar di Tibet, dan gue pun mencoba Yak butter tea dan seporsi Tibetan Noddle seharga 15 yuan, dan membeli apel 4 buah seharga 15 yuan untuk memenuhi nutrisi seperti yang direkomendasikan oleh para pendaki gunung, berjalan pelan pun gue lakukan sesuai dengan anjuran buku tibet travel Guide.
Yak Butter Tea Set
 


Setelah kembali di hostel gue, Jepri dan ke 2 Polska, tidak ada yang mandi, itu berarti sudah dua hari kami tidak membasahi seluruh tubuh ini dengan bulir-bulir air segar, Pkl 22.00 gue mencoba tidur dengan meminum Antimo, yang tidak berguna sama sekali, dan kemudian gue mencoba menghubungi desry melalui BBM mencoba mencari tahu ada apa sebenarnya dengan gue, dia pun menyatakan bahwa itu biasa juga disebut dengan fase pernapasan periodik, hati gue pun tenang,

Dan hingga pkl 01.00 pagi Jepri nampak masih terbangun dan bermain dengan handphonenya, begitu juga dengan gue yang terus terjaga sepanjang malam

Pkl 02.00 gue meminum tolak Angin

Hingga akhirnya pkl 03.30 terdengar suara dengkuran Jepri

Pkl 04.30 TEPAT 24 JAM GUE GA TIDUR !

Hingga pkl 07.00 pagi gue berkeluh dan memberitahu bahwa gue tidak bisa tidur sepanjang malam

Dan kedua Polska itupun menyatakan hal yang sama !

#Deg




Selamat datang di NEGERI ATAP DUNIA !
3600 MDPL



Monday, October 6, 2014

Chengdu - Tibet - Everest #Day3

Pagi itu di kereta menuju Tibet pkl 09.00, gue disuguhkan dengan pemandangan infrastruktur kota-kota kecil di Cina, yang membuat gue terkagum akan meratanya pembangunan di seluruh Cina.

Gue pun mengawali pagi ini dengan berusaha berbicara dengan roommates gue selama di kereta, karena bagi gue esensi dari sebuah perjalanan adalah pengalaman dan pertemanan.
Roommates gue adalah sepasang suami istri dan seorang anak lelakinya yang sudah remaja.

Dengan ramah gue mencoba menyapa anaknya yang nampak sedang sibuk mencampur cairan pembersih porselen ke dalam mie ayahnya.

" Hi, Good morning " Sapa gue dengan senyuman


" 泳衣 夏裝 短T恤 小米移動電源 韓國新款雨靴 迷你裙 吊帶褲 比堅尼 涼鞋 平底膠鞋 更 " Jawabnya sambil menyodorkan tangannya


" Oh, OK !  My Name is Oka, from Indonesia " lalu kami pun bersalaman


Sambil mengenggam tanganpun dia kembali berbicara " 欧洲站秋装新款长袖七分袖女装显瘦修身气质蓬蓬裙印花连衣裙"


" Are you Chinese or Tibetan ? "  gue mencoba bersabar dan tetap melangsungkan komunikasi


Diapun menjawab "为顾客提供高品质宝贝,最优惠的价格,高端的服 "


Gue "Hah ?............."


Tak lama kemudian, gue langsung jatuh dan pura-pura mati untuk menghentikan pembicaraan
Pagi ini beberapa kali kereta berhenti, di kesempatan ini gue membeli beberapa kaleng beer untuk sekedar melepas dahaga, Jepri pun masih nampak sangat sibuk dengan rokoknya di perbatasan gerbong kereta.
perhentian yang tidak lebih dari 5 menit, sehingga tidak memungkinkan bagi gue untuk berjalan jauh, perihal lainnya, adalah lo bisa membeli buah dengan harga yang tidak begitu mahal di setiap drink stall yang berada hanya beberapa langkah dari pintu kereta.

 
 
Di saat siang hari gue mencoba menu makanan di kantin yang tersedia di ujung kereta, sehingga lo harus melewati beberapa gerbong dengan kelas yang berbeda - beda sebelum menemukan gerbong kantin, di dalam kereta ini terbagi menjadi 3 kelas

From-To
Distance (km)
Hard Seat Price
Hard Sleeper Price
Soft Sleeper Price
Chengdu Lhasa
3360
331 Y (US$42)
712 Y (US$96)
1,104 Y(US$138)

Hard Seat
Hard Sleepers
Soft Sleepers

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara Soft sleeper dengan Hard sleeper, hanya di kompartemennya terdapat 6 bed untuk Hard Sleeper dan 4 bed untuk Soft Sleepers, dan akan lebih baik menggunakan pesawat seharga 1323 Rmb untuk one way bila dibandingkan dengan kereta Soft sleepers dengan selisih harga 200 Rmb saja, berbeda halnya apabila lo ingin melakukan proses Aklimatisasi terlebih dahulu, fasilitas free electricity juga berlaku untuk kelas soft dan hard sleeper, karena lo juga akan disediakan hall untuk sambil duduk dan men-charge di setiap 2 meja.

 
Sesampainya di kantin, tidak ada pilihan selain makanan set seharga 25 yuan, menu ini adalah menu pegawai kereta yang notabenenya beragama non-muslim, sehingga bisa di pastikan ini adalah makanan non halal

Fyi, pilihan lainnya lo bisa membeli makanan dari penjual makanan keliling di dalam kereta yang hanya berkisar sekitar 10 - 15 Yuan

Tibet Railway Map
Menjelang sore hari sudah banyak gunung tinggi menjulang menutupi cahaya matahari, Dari kejauhan gue melihat pegunungan hijau yang tinggi dengan titik - titik putih di atasnya, sungguh mengesankan begitu gue melihat lebih dekat itu adalah segerombolan domba yang nampak dilepas begitu saja bersanding dengan kumpulan Yak berwarna hitam

Gerombolan Domba Merah
Gerombolan Yak
Gue dan Jepri saling bertatapan dan tersenyum bahagia, karena telah menjadi saksi hidup betapa indahnya dunia yang telah diciptakan TUHAN, tak lama berselang kami kembali terhening dan bermain dengan imajinasi kami
Bahagia itu soal hati, tidak ada patokan atau takaran yang sama bagi setiap orang.

Di saat yang lain berbahagia dengan kendaraan, rumah dan alat penunjang gengsi lainnya, kebahagiaan bagi gue hanyalah duduk terdiam dan mensyukuri setiap inchi dari ciptaanNya

Namtso Lake
Namtso Lake
Waktu berselang dan tanpa tersadar malam sudah mulai menyelimuti pegunungan himalaya pada hari itu, gue pun kembali ke tempat tidur, meminum satu kaleng bir sambil membaca kembali buku "Perjalanan ke Atap Dunia" karya Daniel Mahendra untuk yang ke dua kalinya sekaligus untuk mengingat kembali bayangan atmospehere pada saat pertama kali gue terinsprasi untuk pergi ke tempat ini


Sampai redupnya lampu kereta memberitahukan bahwa waktu sudah menunjukkan pkl 22.00, dan itu berarti waktu yang terbaik bagi gue untuk pergi ke toilet untuk sekedar membersihkan muka dan sikat gigi walaupun tanpa mandi, karena pada waktu tersebut petugas membersihkan toilet, yang menjadikannya toilet terbersih sepanjang perjalanan gue menuju Tibet, buat lo yang ga mau menyesal seumur hidup, gue sarankan untuk membawa Tissue basah, Tissue kering dan buku pramuka.

Untuk berjaga-jaga kalau tissue basah dan kering lo habis, lo masih ada lembaran kertas buku pramuka buat cebok. #Jengjet